Saturday, November 9, 2013

Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Lingkungan

Sampah merupakan suatu barang yang sudah banyak tersebar luas diIndonesia. Hampir disetiap rumah warga memili yang namanya sampah. Tidak dalam jumlah yang sedikit, akan tetapi dalam jumlah yang begitu besar. Jika dalam suatu keluarga memiliki jumlah sampah yang besar, bagaimana jika seluruh warga Indonesia memiliki jumlah sampah yang besar ?

Dalam hal ini para ilmuan dalam negeri sudah banyak menciptakan alat2 yang dapat mendaur ulang sampah. Mulai dari pengolahan sampah menjadi pupuk organik sampai pengolahan sampah menjadi alat yang siap pakai seperti tas, dan lain-lain. Meskipun zaman sekarang sudah banyak teknologi yang dapat mendaur ulang sampah akan tetapi kesadaran masyarakat masihlah prioritas utama untuk menjaga lingkungan dan terbebas dari sampah.

Ketika kita mendengar kata sampah, hal yang akan kita pikirkan pasti akan berhubungan dengan sesuatu yang sudah tidak lagi digunakan karena nilai gunanya sudah terminimalisir atau hilang sama sekali. Tapi, pernahkah kita mendengar tentang sampah teknologi? Sampah teknologi telah menjadi masalah terbaru di era perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat ini. Sampah teknologi ini saya bagi menjadi dua bagian, yaitu : sampah virtual yang merupakan sampah yang berwujud tidak nyata, dan sampah non-virtual yang merupakan sampah yang berwujud nyata.

Sampah virtual biasanya kita identikkan dengan media atau file yang telah tak lagi digunakan ataupun bot virus lyang mengurangi free space yang ada dalam disk atau bahkan bisa merusak disk. Sampah virtual juga bisa berarti informasi yang ada di internet yang kandungannya bisa bersifat bohong (penipuan), multi-tafsir, flooding atau spam. Jika sampah virtual yang ada di internet tidak segera ditangani dengan baik, maka penyebaran informasi palsu pada akhirnya bisa mencemari pemikiran beberapa orang yang membacanya. Sampah virtual memang lebih mudah untuk dikelola pembersihannya, karena wujudnya yang unreal. Sehingga dengan demikian, tanpa perlu tenaga dan waktu yang banyak, kita bisa membuang sampah unreal atau virtual ini dengan baik.

Sampah non-virtual biasanya kita identikkan dengan sampah yang berwujud nyata. Sampah-sampah ini adalah hasil dari teknologi yang kita gunakan sekarang. Sampah non-virtual ini bisa berupa komputer, televisi, atau mobil yang dibuang. Pembuangan sampah ini tentu saja akan menghabiskan banyak free space yang ada di dunia nyata. Bahkan, untuk beberapa sampah yang memiliki kandungan zat kimia berbahaya dalam bahan pembuatannya, jika dibuang sembarangan tanpa pengelolaan yang baik tentu saja akan membahayakan masyarakat yang ada di sekitar lahan pembuangan. Di Jepang, saya pernah membaca bahwa kita bisa dengan mudahnya menemukan televisi yang tergeletak di tepi jalan karena telah dibuang oleh seseorang. Mobil-mobil yang ada di negara maju pun akan dibuang setelah penggunaan selama 5 tahun. Karena jika penggunaan mobil lebih dari 5 tahun, maka pajak penggunaan akan semakin tinggi.

Sampah teknologi memang ada yang susah ataupun mudah untuk dikelola pembersihannya. Namun, semua itu tergantung pribadi yang menanganinya, apakah pribadi ini peduli terhadap lingkungan atau penyebaran informasi di dunia maya atau justru tak menghiraukannya. Kita sebagai generasi Z,  yaitu generasi yang lahir saat internet telah ditemukan dan perkembangan TI makin pesat, harusnya bisa dengan bijaksana menggunakan teknologi dan mengelola sampah teknologi dengan baik.

No comments:

Post a Comment