Thursday, June 5, 2014

Sejarah Telekomunikasi



Sejarah telekomunikasi di Indonesia bermula saat telegraf diperkenalkan tanggal 23 Oktober 1855 oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu berupa telegraf elektro magnit yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor). Dua tahun kemudian dibuka saluran Jakarta-Surabaya dengan cabang Semarang-Ambarawa. Sejak itu jasa telegraf dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dua tahun kemudian panjang saluran telegrap berkembang terus sehingga mencapai 2.700 kilometer, dilayani oleh 28 kantor telegrap. Di sepanjang rel kereta api didirikan tiang-tiang telegraf. Sementara itu kabel laut telah terpasang antara Jakarta dan Singapura, selanjumya dari Jawa (Banyuwangi) ke Australia (Darwin).

Keberadaan telekomunikasi sangat berperan di Indonesia. Hal ini bisa direfleksikan ketika mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Berbagai media komunikasi digunakan untuk menyebarkan kabar kemerdekaan mulai dari surat, telegram, berita di koran / buletin hingga telepon, dan yang terpenting adalah siaran lewat RRI.

Telekomunikasi menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Mulai dari zaman revolusi hingga kemerdekaan kemudian berkembang dizaman orde lama dan mengalami kemajuan pesat di zaman orde baru yang ditandai dengan peluncuran satelit Palapa 1 tahun 1976. Saat itu sempat terjadi pro-kontra tapi pada akhirnya harus diakui satelit Palapa banyak memberikan manfaat.
Hubungan telepon lokal digunakan pertama kali pada tanggal 16 Oktober 1882 dan diselenggarakan oleh perusahaan swasta. Jaringan telepon tersebut membentang antara Gambir dan Tanjung Priok di Batavia, disusul dua tahun kemudian hubungan telepon di Semarang dan Surabaya. Perusahaan swasta itu mendapat izin konsesi selama dua puluh lima tahun. Tampaknya pengusahaan alat komunikasi hasil penemuan Alexander Graham Bell pada tahun 1876 itu cepat berkembang sehingga dalam tahun 1905 jumlah perusahaan telepon di Hindia Belanda menjadi 38.
Khusus untuk hubungan telepon interlokal, perusahaan Intercommunaal Telefoon Maatschappij memperoleh konsesi selama dua puluh lima tahun untuk hubungan Batavia-Semarang, selanjutnya Batavia-Surabaya, disusul Batavia-Bogor dan kemudian Bandung-Sukabumi. Dalam pengembangan jaringan telepon ternyata perusahaan-perusahaan telepon itu hanya membuka hubungan telepon di kota-kota besar yang mendatangkan untung saja sehingga penyebaran jaringan telepon tidak merata. Akhirnya dalam tahun 1906 setelah jangka waktu konsesi berakhir, semua pengusahaan jaringan telepon diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui pembentukan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst, kecuali jaringan telepon Perusahaan Kereta Api Deli (Deli Spoor Maatschappij, DSM). Sejak saat itulah pelayanan jasa telekomunikasi dikelola oleh pemerintah secara monopoli.
 Jaringan telepon itu semula menggunakan sistem baterai lokal dan kawat tunggal yang terpasang di atas permukaan tanah sehingga sering mengalami gangguan. Pembaharuan dan modernisasi kemudian dilaksanakan, pemasangan kabel jarak jauh diterapkan di bawah permukaan tanah, kawat tunggal diganti dengan kawat sepasang dan menggunakan sistem baterai sentral. Pengembangan telekomunikasi di masa itu tentu saja memerlukan pegawai-pegawai yang berpendidikan, baik dari pihak pribumi maupun dari Belanda. Itulah sebabnya Dinas PTT menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. misalnya kursus mengetok kawat morse di Jakarta dan kursus asisien di Surabaya. Pendidikan yang lebih tinggi lagi diadakan di Belanda. Banyak pribumi yang menjadi pegawai PTT walaupun gaji bagi pribumi, lebih rendah ketimbang pegawai Belanda. Memperoleh sebutan sebagai Den Ajung (adjunct inspector) atau Den Komis (commies) sangatlah membanggakan bagi pribumi karena gaji pegawai PTT lebih tinggi daripada pegawai dinas lain, meskipun gaji asisten pribumi dibandingkan dengan asisten Belanda jauh ketinggalan.
Menurut penuturan R. Samdjoen yang mulai memasuki dinas PTT tahun 1929 dan pernah menjadi Direktur Jenderal PTT, teknisi telekomunikasi didatangkan dari Belanda dan hanya terdapat seorang teknisi radio pribumi. yaitu Soedirdjo yang ikut membangun stasiun radio penerima Malabar tahun 1920, stasiun radio tertua di Indonesia dan terbesar di belahan bumi selatan. Prioritas pemakaian jasa telepon waktu itu diberikan kepada pejabai-pejabat pemerintah dan pengusaha. Para bupati dan wedana di Pulau Jawa memiliki pesawat telepon. pembiayaannya ditanggung pemerintah. Adapun pesawat telepon yang digunakan ialah jenis telepon baterai lokal, jarak jangkauannya terbatas. Berbicara dengan telepon engkol tersebut harus keras, bahkan boleh dikata harus beneriak. Bukan aneh kalau ada pelanggan yang memaki-maki operator. Ada juga operator yang didatangi pelanggan dan “dihajar” karena pelanggan itu merasa disepelekan. Hal itu disebabkan penyambungan telepon ditangani secara manual sehingga tidak dapat dilayani secara cepat.
Seiring dengan bangkitnya gerakan nasional dan melihat sistem penggajian yang tidak adil, lahirlah berbagai perhimpunan buruh di lingkungan PTT seperti Postbond, Midpost/Inspecteurs Bond dan Perkumpulan Pegawai PTT Rendahan (PTTR). Adapun Midpost dan PTTR memiliki warna nasionalisme yang tegas. Perkumpulan-perkumpulan ini didirikan karena kenyataan meskipun jumlah pegawai pribumi merupakan bagian terbesar dari pegawai PTT tetapi dianaktirikan oleh pimpinan. Di antara para pemimpin gerakan nasional yang mendorong pembentukan Midpost adalah R.P. Soeroso, anggota Volksraad. Setelah Pemerintah Hindia Belanda gulung tikar akibat serbuan balatentara Jepang di tahun 1942, Dinas PTT dibagi sesuai dengan daerah kekuasaan milker Jepang. Daerah Jawa dan Madura di bawah komando Angkatan Darat Jepang ke-16, daerah Sumatera di bawah komando Angkatan Darat Jepang ke-25 dan kepulauan Indonesia Timur di bawah komando Armada ke-3 Angkatan Laut Jepang.
Jawatan PTT alias Tsusinkyoku diberi tugas utama membantu kelancaran “Perang Asia Timur Raya” ala Jepang dan menjaga keamanan pemerintahan militer. Stasiun radio pemancar Dayeuhkolot yang terletak tujuh kilometer sebelah selatan Bandung dikelola oleh perusahaan telekomunikasi swasta Jepang Kokusai Denki Tsusinkyoku yang berpusat di Jepang. Stasiun radio ini waktu itu merupakan stasiun radio terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Selama pendudukan Jepang hubungan ke luar negeri oleh stasiun radio Dayeuhkolot hanya terpancar ke Jepang dan Jerman. Baik stasiun radio pemancar di Dayeuhkolot dan stasiun radio penerima di Rancaekek di sebelah timur Bandung dipimpin oleh orang-orang Jepang, begitu pula kantor telegrap di Bandung. Berhubung beberapa pemancar digunakan khusus untuk keperluan militer, setiap pegawai Indonesia diawasi secara ketat. Sekalipun demikian, kedatangan Jepang di lingkungan PTT ini dapat dipandang menguntungkan juga. Orang-orang Belanda yang dulu menduduki kursi-kursi pimpinan telah tergusur. Banyak kursi pimpinan ditempati oleh pegawai Indonesia sehingga mcrcka memperoleh pengalaman untuk memimpin. Jawatan PTT di Sumatera semula dipusatkan di Shonanto (Singapura) karena Sumatera dan Semenanjung Malaya oleh Pemerintah Jepang dijadikan satu daerah komando.
Keadaan telekomunikasi kita di Jawa pada zaman pendudukan Jepang buruk sekali. Tenaga pimpinan dan teknisi Belanda dan Indo ditahan oleh Jepang sehingga PTT kekurangan tenaga. R. Samdjoen, ketika itu bekerja pada bagian laboratorium dan merasakan betapa kurangnya tenaga yang cakap, memberanikan diri mendidik pemuda-pemuda Indonesia menjadi teknisi telekomunikasi. Permintaan itu berhasil. Perbedaan fungsi utama Dinas PTT pada zaman Belanda dan Jepang memang ada. Dinas PTT Hindia Belanda tidak bertujuan komersial semata, juga diperuntukkan bagi pelayanan masyarakat, sedangkan pada zaman Jepang Jawatan PTT lebih digunakan untuk mendukung “Perang Asia Timur Raya.” Banyak pemancar, peralatan dan perlengkapan telekomunikasi diangkut ke medan perang. Namun ada juga untungnya karena angkatan laut Jepang memperkenalkan penggunaan radar kepada para teknisi Indonesia.
Di daerah lain, khususnya di Sumatera perkembangan telekomunikasi pada masa itu cukup bagus. Jaringan telegrap morse menghubungkan seluruh kota, bahkan dari Bukittinggi dapat dihubungi Bandung, Singapura dan Tokyo. Unit-unit telekomunikasi milik PTT terdiri dari terminal telegrap di Birugo dan stasiun penerima di Tarok, keduanya di Sumatera Barat. Pemancar radio di Bukitcangang – di daerah Bukittinggi – berada di bawah permukaan tanah dan pesawat carrier ditempatkan dalam sebuah bungker di Atas Ngarai, Bukittinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Jepang sudah memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan udara Sekutu karena Bukittinggi menjadi pusat pemerintahan. Mereka pun menduga bahwa pemancar-pemancar radio akan menjadi serangan pemboman. Itulah sebabnya Jepang menyiapkan pemancar-pemancar cadangan dengan penempatan yang terpencar.
Pada stasiun-stasiun pemancar dan pusat-pusat telekomunikasi penting di Garegeh dan Tarok terdapat tenaga-tenaga terdidik yang didatangkan dari Bandung. Pemuda-pemuda Indonesia yang bekerja pada pusat-pusat telekomunikasi tersebut ternyata dapat pula menyumbangkan sesuatu bagi gerakan di bawah tanah. Pesawat radio di mana-mana disegel oleh Pemerintah Jepang agar bangsa Indonesia “tuli” terhadap kekalahan demi kekalahan pasukan Jepang. Namun demikian pemuda-pemuda kita itu dapat mendengarkan siaran radio luar negeri dengan menggunakan head-set agar suaranya tidak terdengar keluar. Tentu penyadapan berita semacam itu dianggap oleh Jepang sebagai pelanggaran berat. Seorang pegawai suku Ambon ketahuan mendengarkan siaran radio luar negeri. Militer Jepang menangkapnya, menuduhnya sebagai mata-mata musuh dan selanjutnya hilang tak tentu rimbanya.
Memudarnya kekuasaan Belanda yang telah bercokol selama tiga setengah abad di Indonesia dan makin merosotnya kekuatan balatentara Jepang di segenap garis pertempuran kawasan Asia dan Pasifik, semakin menebalkan keyakinan para pegawai Indonesia dalam tubuh PTT bahwa suatu saat pasti bangsa Indonesia akan mencapai kemerdekaan. Guna menyongsong saat bersejarah itu diperlukan persiapan, baik untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan maupun mempersiapkan segala macam pekerjaan dan pimpinan jawatan. Kegiatan persiapan itu – tentu saja tidak dapat dilakukan secara terbuka dan bebas – terutama di kalangan pegawai yang berkedudukan cukup tinggi dan para siswa sekolah PTT dan Controleurs Cursus dan Bedrijfsambtenaar Cursus di Jalan Banda, Bandung. Dalam pertemuan ramah-tamah, mereka seakan-akan tidak memikirkan gentingnya perang yang memperebutkan daerah subur Indonesia, terseliplah bisik-bisik tentang kemungkinan munculnya kesempatan memerdekakan bangsa. Salah seorang siswa bernama Soetoko yang menonjol peranannya dalam mempersatukan gagasan patriotik, pada awal tahun 1942 telah menemui Mas Soeharto yang waktu itu menjabat Kepala Biro berpangkat Controleur I. la adalah satu-satunya pegawai Indonesia yang paling tinggi pangkatnya di lingkungan PTT. Dibicarakanlah oleh keduanya kemungkinan pengambilalihan pimpinan PTT bila sewaktu-waktu Pemerintah Hindia Belanda jatuh. Tidak ada perbedaan pendapat antara Soetoko yang muda dan penuh keberanian dengan Mas Soeharto yang mengetahui seluk beluk Jawatan PTT Kalaupun ada perbedaan, hanyalah mengenai pelaksanaannya.
Gagasan Soetoko memang mewakili cita-cita dan watak kaum muda yang bersemangat, berani tapi mungkin juga kurang matang dalam pertimbangan. Mas Soeharto mewakili pendapat, bahwa pengambilalihan Kantor Pusat PTT tanpa disertai gerakan dan tindakan yang sejalan di kota-kota lain seluruh Indonesia, mungkin akan sia-sia dan dapat merugikan gerakan nasional. Melalui pembicaraan yang matang, gagasan para pemuda yang diwakili oleh Soetoko dapat dilunakkan. Gagasan itu urung karena penyerbuan Jepang ke Hindia Belanda hanya berlangsung sebentar dan Belanda cepat takluk. Jepang pun segera menguasai keadaan dan menyusun pemerintahan. Namun cita-cita para pemuda yang tumbuh sejak goyahnya kekuasaan Hindia Belanda, terus berkembang dalam penjajahan Jepang. Propaganda manis Jepang yang menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia “di kelak kemudian hari” tidak mempan lagi karena ternyata pemerasan dan penindasan yang dilakukannya sangat kejam. Di mana-mana terjadi kelaparan karena beras Indonesia diangkut Jepang untuk memberi makan serdadu-serdadunya yang tersebar di kawasan Asia dan kepulauan Pasifik.
Dari segala pemaksaan dan penindasan itu muncul pula kesempatan yang amat berguna bagi penggemblengan semangat kemiliteran dan patriotisme. Konon dalam menghadapi serbuan Sekutu, Jepang mengadakan latihan keprajuritan bagi pemuda Indonesia. Di Kantor Pusat PTT setiap pagi diadakan latihan taisho (gerak badan), dilanjutkan dengan latihan baris-berbaris dan kemiliteran serta perang-perangan. Sebuah pasukan Seinendan (organisasi pemuda bentukan Jepang) diresmikan dan dikepalai oleh Abdoel Djabar. Sementara itu Soetoko mcmimpin seluruh barisan Seinendan PTT yang meliputi sekolah PTT, Radio, Laboratorium, Kantor Pos Besar dan Kantor Telepon. Kemudian dibentuk badan yang bernama Tsusintai atau Barisan Pusat PTT, dan dibentuk pula Tsusin Tokubetsutai (Pasukan Istimewa atau Barisan Pelopor PTT). Kader-kader bangsa ini mulai merintis jaringan komunikasi dalam gerakan bawah tanah dengan kota-kota lain. Mereka menyusun jaringan penyampaian informasi bawah tanah melalui telepon, telegram sandi, pos, kurir dan radio.
Pemancar gelap pun mereka persiapkan. Secara hati-hati mereka memonitor situasi perang dari berita-berita dan dokumen-dokumen Jepang. Pihak Jepang bukannya tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya bahaya yang mengancamnya dari masyarakat Indonesia setelah di mana-mana terjadi kelaparan tetapi tidak sempat bereaksi karena pasukan Jepang makin terpukul di berbagai medan pertempuran. Tiba-tiba saja orang-orang Jepang memerintahkan membuat tanggul pengaman di sekeliling gedung Kantor Pusat PTT. Kios telepon umum di Kantor Pusat PTT diubah menjadi tempat mikrofon yang dihubungkan dengan pengeras suara guna mengumumkan segala macam perintah kepada para pegawai. Pidato propaganda sewaktu-waktu disiarkan melalui pengeras suara itu.
Dalam pada itu Tsusin Tokubetsutai berhasil mendatangkan pelatih dari pihak militer Jepang agar memberi pelajaran menggunakan senjata. Siasat jitu ini memungkinkan pemuda-pemuda anggota Barisan Istimewa PTT mampu menggunakan senjata dan mengetahui cara pasukan bergerak dalam pertempuran, baik bertahan maupun menyerang. Kemampuan bela diri pun diajarkan. Guna memudahkan penerimaan instruksi, pemuda Soeardi Tasrif’ yang pandai berbahasa Jepang ditugaskan menjadi penerjemah. Kelak Soeardi Tasrif menjadi seorang pengacara terkenal di Jakarta.
Di antara para anggota Tsusin Tokubetsutai yang paling giat melakukan hubungan dengan pemuka-pemuka gerakan nasional ialah Ismojo. Itulah sebabnya kata sandi yang dipergunakan sebagai titik awal merebut Kantor Pusat PTT dari tangan Jepang ialah “IS”, suku kata pertama dari nama Ismojo. la memang lebih Ieluasa berhubungan dengan pemimpin-pemimpin di luar kalangan PTT karena sering melakukan dinas luar. Pada pertengahan tahun 1945 setelah pasukan Sekutu berhasil melakukan loncatan katak, yaitu serangan balik pasukan Jenderal MacArthur yang menduduki pulau demi pulau sehingga berhasil mendekati kepulauan Jepang, kekalahan Jepang sudah terbayang.
Setelah bom atom Sekutu memporakporandakan kota Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945, ketahanan militer Jepang boleh dikata sudah ambruk sama sekali. Begitu bom atom kedua meluluhlantakkan kota Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945, semangat Jepang sudah sirna. Esok harinya Kaisar Hirohito menyatakan kekalahan Jepang dan menyerah tanpa syarat. Jepang masih berusaha menutupi kekalahannya dengan memperlambat penyebaran berita itu ke wilayah Asia. Tetapi para operator telepon dan telegrap PTT dapat mengetahui berita penyerahan itu karena pesawat-pesawat penerima di Bandung tidak disegel. Telegram resmi dari Tokyo akhirnya diterima di Bandung pada tanggal 13 Agustus 1945.
Pada waktu itu segera dikirim telegram kepada pernuda-pemuda Jakarta agar mereka mendesak pemimpin-pemimpin bangsa untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Jika kemerdekaan tidak segera diumumkan, Indonesia akan kehilangan momentum yang mungkin tidak akan ada lagi. Berhubung jawaban tidak diterima, tanggal 15 Agustus 1945 dikirim lagi telegram ke Jakarta disertai desakan yang lebih keras, yaitu jika Jakarta tidak mau mengambil keputusan penting itu maka Bandung akan bertindak. Kemerdekaan Indonesia pun diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Beritanya diteruskan melalui telepon. telegrap, radio dan pos ke semua kantor PTT secara beranting. Informasi dari Bandung yang diterima oleh kantor telegrap di Bukittinggi tanggal 16 Agustus menyatakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi peristiwa penting karena itu operator di Bukittinggi supaya siap pada pesawatnya. Benar juga, keesokan harinya kantor telegrap Bukittinggi menerima berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan segera pula secara hari-hati meneruskannya ke kanior-kantor lain di Sumatera. Berita proklamasi kemerdekaan yang pertama-tama disiarkan ke luar negeri berasal dari Stasiun Radio Pemancar PTT di Dayeuhkolot pada tanggal 17 Agustus 1945 itu juga.
Betapa pentingnya alat komunikasi yang dapat menjangkau area yang luas terbukti ketika Presiden Soekarno hendak memerintahkan penghentian tembak menembak. Ketika itu perintah Presiden Soekarno yang sedang hijrah ke suatu tempat di sekitar Madiun dengan peralatan sebuah pesawat pemancar radio mobil PTT dapat dipancarkan dan diterima pesawat penerima di rumah kediaman Mas Soeharto di Yogyakarta dann juga direlay oleh semua studio RRI yang masih ada. Debngan peralatan yang terbatas namun dibalut oleh tekad semangat yang besar, Dinas Jawatan PTT dapat turut mem-back up perjuangan di berbagai front perjuangan, termasuk dalam menyebarluaskan rangkaian pidato yang sangat patriotik Bung Tomo dalam peristiwa 10 November 1945 yang disiarkan berulang-ulang oleh RRI. Di sini terbukti betapa pentingnya peranan telekomunikasi sebagai salah satu alat komunikasi yang dapat mengudara dan meniadakan batas maupun hambatan apapun. Dengan telekomunikasi, persatuan nasional Indonesia dapat terjaga di saat kondisi negara yang sedang tercerai berai.

Sumber : 
http://ican-child.blogspot.com/2007/06/sejarah-telekomunkasi.html

Thursday, January 16, 2014

Analisis Manajemen Teknologi Telekomunikasi

Manajemen telekomunikasi merupakan faktor fundamental dalam jaringan dan jasa berhasil beroperasi . Ini menyediakan berbagai fungsi seperti operasi & pemeliharaan ( O & M ) , administrasi , kinerja , pengadaan , akuntansi dan keamanan . Tanpa itu , tidak seorang pengguna dapat menikmati manfaat layanan apapun juga dapat keep bisnis berjalan lancar .
 
Menurut tadisi kerangka manajemen dirancang dengan tetap melihat tuntutan teknologi tertentu atau jaringan. Skema tradisional seperti SNMP (Simple Network Management Protocol) dan TMN (Telecommunication Network Management) lebih spesifik teknologi, jaringan centric, skema pengelolaan terpusat dan / atau didistribusikan lemah. Pada bagian 2 dan Pasal 3 dari makalah ini, SNMP dan TMN dianalisis dan kekuatan mereka dan keterbatasan 'yang disorot. Pada bagian 4, kita mempelajari dan menganalisis teknologi yang memungkinkan seperti teknologi objek terdistribusi seperti CORBA, DCOM, JAWA / RMI dan teknologi berbasis web seperti Web Based Enterprise Management (WBEM).
 
Internet, jaringan jaringan, telah mengubah lanskap hampir setiap bidang masyarakat, dari teknologi untuk gaya hidup, dari bisnis sampai politik, itu setiap tempat tetapi mengingat semua keuntungan ini, itu juga mengakibatkan jaringan yang lebih kompleks dan lebih heterogen. Simple Network Management Protocol (SNMP) adalah skema manajemen populer untuk mengelola Internet, itu diusulkan oleh IETF pada akhir tahun delapan puluhan. Itu diterima secara luas di industri karena desain yang lebih sederhana, dan arsitektur. 
 
Arsitektur SNMP didasarkan pada paradigma Manager-agen dan itu meliputi lima komponen dasar, manajer, agen, perangkat yang dikelola, informasi manajemen dan protokol manajemen jaringan. itu manajer adalah otak dari manajemen jaringan dan mengadministrasikan dan melakukan Operasi dan tugas manajemen (O & M) untuk perangkat dikelola. Agen adalah perangkat lunak yang berada didikelola perangkat dan memfasilitasi komunikasi dan manajemen tugas antara manajer dan dikelola
perangkat. Perangkat Managed adalah elemen jaringan yang mengumpulkan informasi dan membuatnya tersedia untuk Manajer menggunakan agen SNMP. Router, akses server, switch, hub dan printer dll dapat disebut sebagai perangkat dikelola.
 
 
Jaringan telekomunikasi telah berkembang dengan kecepatan eksponensial, setiap hari baru membawa serta inovasi baru dalam teknologi & layanan yang menempatkan tuntutan lebih untuk penanganan yang tepat dari tersebut sejumlah besar informasi. Kerangka kerja TMN yang diandalkan oleh banyak operator dan penyedia layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk operasi jaringan yang efisien. Hal ini didefinisikan dalam M.3000, M.3010 dan terkait lainnya dokumen oleh ITU-T [3]. ITU-T dipilih standar Manajemen OSI untuk kerangka TMN. TMN kerangka kerja menyajikan keseluruhan kerangka kerja manajemen jaringan telekomunikasi dengan memperkenalkan beberapa arsitektur manajemen di berbagai tingkat abstraksi dan ini disajikan di bawah ini. 
 
Makalah ini menyajikan pemahaman tentang berbagai jaringan dan manajemen pelayanan kerangka kerja dan path kemungkinan mereka terhadap paradigma yang muncul dari paradigma manajemen otonom . Ulasan pekerjaan ini juga telah membawa kami ke beberapa garis panduan penting atau tantangan mengenai berbagai manajemen kerangka kerja . Ini belajar dari analisis mereka bahwa skema tradisional ada manajemen yang lebih efisienskema karena pertumbuhan terus menerus dalam kompleksitas di satu sisi dan kemajuan teknologi di jaringan & jasa di sisi lain , oleh karena itu satu set baru teknologi yang memungkinkan yang diperlukan . 
 
Berbagai pemegang tumpukan menghasilkan skema baru yang didasarkan pada paradigma terdistribusi , orientasi objek dan kerangka interoperable . Namun teknologi tersebut memungkinkan menyelesaikan banyak masalah yang terkait denganskema manajemen tradisional , tetapi mereka juga tidak bebas dari lubang loop , selain mereka tidak bisa memenuhi tuntutan berkembang dari rencana pengelolaan yang lebih adaptif dan otonom . Sekarang kata buzz panas autonomics yang membayangkan sebuah paradigma yang otonom , layanan sentris , bukti masa depan , dan teknologi agnostik . Ini semua janji-janji visi otonom dapat dipenuhi secepat masalah yang berkaitan dengan autonomics bisa diselesaikan , membuat visi otonom kenyataan. Pekerjaan masa depan kitaakan difokuskan pada mengatasi tantangan ini berhubungan dengan autonomics . 
 
SUMBER 

Pertambangan Web Untuk Memprediksi Kejadian Masa Depan


Mark Twain mengatakan dalam istilah “The Past Does No Repeat It Self, But It Rhymes”, yang artinya masalalu itu tidak dapat mengulangi sendiri, Tapi Sajak. Dalam semangat RE in ACTION ini, kta mengembangkan dan cara uji coba memanfaatkan sejarah digital skala besar yang diambil dari 22 tahun yang lalu dalam laporan berita New York Times (NYT) Yaitu sebuah arsip untuk membuat prediksi real-time tentang kemungkinan kejadian manusia dan alam masa depan.

Disini kami menjelaskan bagaimana kita belajar untuk memprediksi masa depan dengan generalisasi set speci transisi dalam urutan acara berita yang dilaporkan, yang diambil dari arsip beritatahun 1986. Selain corpora berita, kita memanfaatkan data dari sumber daya yang tersedia secara bebas Web, termasuk Wikipedia, freebase, OpenCyc, dan GeoNames.

Kami berasumsi bahwa peristiwa di dunia nyata yang dihasilkan oleh model probabilistik yang juga menghasilkan laporan berita yang berhubungan dengan peristiwa ini.Sebagai contoh, model belajar bahwa probabilitas sebuah laporan berita tentang kekeringan (evj) terjadi setelah sebuah laporan berita tentang banjir (evi) menjadi 18%. Probabilitas ini mendekati hubungan antara dua kejadian di dunia nyata.

Kami akan menjelaskan alur cerita berita dari arsip NYT sebagai heuristik untuk mengidentifikasi hubungan kausal potensial antara kejadian-kejadian. Sebuah alur cerita adalah seperangkat segmen memerintahkan topikal kohesif berita yang mencakup dua atau lebih deklaratif klausa independen tentang satu cerita. Sebagai contoh, sebuah alur cerita tentang penangkapan Carlos the Jackal termasuk cerita tentang veri kasi identitasnya, ia transportasi ke penjara, dan sebagainya. Metode ekstraksi alur cerita tersebut disebut sebagai deteksi topik dan pelacakan.

Kami berusaha untuk menyimpulkan probabilitas acara berita masa depan bunga diberikan vektor mewakili acara berita yang terjadi sampai waktu tertentu. Untuk melakukan tugas ini, kami membuat kasus pelatihan untuk setiap acara sasaran, di mana setiap kasus diwakili menggunakan satu set pengamatan atau fitur. Kami de fitur ne baik leksikal dan faktual. Kami menetapkan label untuk setiap kasus sebagai benar hanya jika teks yang mewakili event target masa depan terjadi dalam dokumen tanggal di lain waktu dalam rantai.
  
Kami mengatakan bahwa rantai peristiwa milik domain D, jika terdiri dari satu domain kata yang relevan, dinotasikan sebagai wi (D). Sebagai contoh, untuk tantangan memprediksi kematian di masa depan, kita mempertimbangkan kata-kata \ dibunuh, "\ mati," \ kematian, "dan terms.3 terkait mereka untuk tantangan memprediksi wabah penyakit masa depan, kami mempertimbangkan semua menyebutkan \ kolera, "\ malaria," dan \ disentri. " Selama prediksi, kita bertahan dari belajar phasea uji set satu dekade peristiwa untuk periode 1998 {2007 (periode test). Kami mengatakan bahwa rantai adalah rantai tes-domain jika (1) tanggal semua peristiwa yang terjadi tanggal periode pengujian di, dan (2) peristiwa kronologis rst dalam rantai tidak mengandung salah satu istilah domain, misalnya , acara rst tidak mengandung menyebutkan kematian (jika prediksi mungkin sepele).

Kami disajikan metode untuk rantai pertambangan peristiwa dari 22 tahun arsip berita untuk menyediakan metodologi yang menyediakan prediksi real-time tentang likelihoods peristiwa dunia masa depan yang menarik. Sistem ini memanfaatkan beberapa sumber daya Web untuk menggeneralisasi peristiwa yang ia belajar tentang dan memprediksi. Kami membahas bagaimana kita dapat belajar dari pola data dalam jumlah besar, memantau jumlah besar sumber informasi, dan terus belajar asosiasi probabilistik baru. 

Untuk menunjukkan pendekatan , kami mempresentasikan hasil dari beberapa evaluasi dan contoh yang representatif urutan peristiwa dan peringatan proaktif . Kami dianggap sebagai sampel penarikan kesimpulan prediksi tentang wabah penyakit , kerusuhan , dan kematian . Kami percaya bahwa metode menyoroti arah dalam membangun layanan memperingatkan real-time yang memprediksi meningkat tidak bisa signi dalam acara global yang menjadi kepentingan . di luar pengetahuan yang mudah ditemukan dalam studi atau tersedia dari para ahli , hubungan baru dan probabilitas konteks - sensitif hasil dapat ditemukan dengan otomatis seperti analisis . Sistem menggunakan metode akan cepat dan akses komprehensif untuk berita , termasuk ceritayang mungkin tampak tidak bisa insigni tapi itu dapat memberikan berharga bukti tentang evolusi lebih besar , cerita yang lebih penting . Kami berharap bahwa pekerjaan ini akan merangsang penelitian tambahan  pada meningkatkan pengalaman masa lalu dan pengetahuan manusia untuk memberikan prediksi berharga tentang kejadian di masa depan dan intervensi.


SUMBER